BAHAN CAMPURAN BETON ASPAL
Campuran aspal adalah kombinasi material
bitumen dengan agregat yang merupakan permukaan perkerasan yang biasa
dipergunakan akhir-akhir ini. Material aspal dipergunakan untuk semua jenis
perkerasan lentur jalan raya dan merupakan salah satu bagian dari lapisan beton
aspal jalan raya kelas satu hingga di bawahnya.
Material bitumen adalah hidrokarbon yang
dapat larut dalam karbon disulfat. Material tersebut biasanya dalam keadaan
baik pada suhu normal dan apabila kepanasan dan melunak atau berkurang
kepadatannya. Ketika terjadi pencampuran antara agregat dengan bitumen yang
kemudian dalam keadaan dingin, campuran tersebut akan mengeras dan akan
mengikat agregat secara bersamaan dan membentuk suatu lapis permukaan
perkerasan (Harold N. Atkins, PE. 1997).
1.
Aspal
Aspal adalah material semen hitam, padat
atau setengah padat dalam konsistensinya dimana unsur pokok yang menonjol
adalah bitumen yang terjadi secara alami atau yang dihasilkan dengan
penyulingan minyak (petroleum). Aspal
Petrolum dan aspal liquid asalah material yang penting.
Menurut The Asphalt Institut Superpave (1999) Series No.1 (SP-1), tonase dari produksi
aspal setiap tahunnya bertambah terus-menerus mulai dari 3 juta ton pada tahun
1926 meningkat menjadi 8 juta ton pada tahun 1946, kemudian terjadi peningkatan
secara drastis pada tahun 1964 yaitu sebanyak 24 ton. Aspal adalah sistem
klorida yang rumit dari material hydrocarbon yang terbuat dari Asphaltenes,
resin dan oil.
Aspal ialah bahan hidro
karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan
terhadap air, dan visoelastis. Aaspal sering juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis
permmukaan lapis perkerasan lentur dan mempunyai sifat visoelastis. Aspal akan
bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal
merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi
dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh,
alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul.
Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen,
oksigen, belerang dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80%
massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel dan vanadium. Senyawa-senyawa ini
sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang
massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
Gambar 1.1 Bitumen |
Jenis Aspal terbagi menjadi 2 tipe, yaitu aspal buatan dan aspal alam.
a) Aspal Alam (Asbuton)
Aspal alam (Asbuton) Langsung tersedia di alam. Di Indonesia,
aspal alam dapat diperoleh dari Pulau Buton. Sifat asbuton sangat dipengaruhi oleh suhu, yang
mana jika suhu semakin meningkat, maka aspal akan semakin cepat mencapai
plastis. Selain itu, sifat asbuton pun dipengaruhi oleh bahan pelarut, yang
jika asbuton diresapi oleh flux oil
(bahan perangsang) maka asbuton akan menjadi lembek. Asbuton digunakan sebagai
lapis permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas 200 – 1500 kendaraan/hari.
Klasifikasi Asbuton yaitu:
1. Asbuton 10 à
Kadar aspal 9 – 11 %
2. Asbuton 13 à
Kadar aspal 11,5 – 14,5 %
3. Asbuton 16 à
Kadar aspal 15 – 17 %
4. Asbuton 20 à
Kadar aspal 17,5 – 22,5 %
5. Asbuton 25 à
Kadar aspal 23 – 27 %
6. Asbuton 30 à
Kadar aspal 27,5 – 32,5 %
b) Aspal buatan
Aspal buatan merupakan hasil akhir dari penyaringan minyak
(biasanya aspal + paraffin). Klasifikasi aspal buatan yaitu:
1. Aspal Cair
Aspal
cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringan minyak kasar, melainkan
dari produksi tambahan, karena harus melalui proses lanjutan. Aspal ini biasa
digunakan untuk take coat (pelapis)
dan prime coat (perekat).
Untuk
aspal cair terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a.
Rapid Curing (RC) → AC+gasoline →
cepat kering,
b.Medium Curing (MC)→ AC+minyak tanah→
kering sedang,
c.
Sort Curing (SC) → AC+solar → lambat
mengering.
2. Aspal Emulsi
Aspal
emulsi merupakan campuran dari aspal semen dengan air. Aspal ini dapat
digunakan untuk cold mix dan take coat (pelapis).Untuk aspal emulsi terdiri dari dua jenis, yaitu:
a.
Aspal emulsi kationik (+),
b.
Aspal emulsi anionik (-).
3.
Aspal Semen (Asphalt
Cement / AC )
Untuk Aspal Semen sendiri ada beberapa tipe
yaitu:
a. AC 40/50
b. AC 60/70
c. AC 85/100
d. AC 120/150
e. AC 200/300
Angka diatas menunjukkan nilai penetrasi aspal, semakin tinggi nilai penetrasi
maka semakin lembek aspal tersebut. AC dengan penetrasi rendah digunakan
di daerah bercuaca panas atau lalu
lintas volume tinggi sedangkan yang berpenetrasi tinggi digunakan di pada
daerah bercuaca dingin atau berlalu lintas rendah. Pengujian
aspal yang dilakukan tentunya berpedoman pada spesifikasi yang sesuai dengan
angka penetrasinya. Pada laporan praktikum ini, aspal yang diuji merupakan
aspal pertamina
dengan angka penetrasi 60/70 sehingga aspal tersebut harus memenuhi spesifikasi
pada tabel 2.1 dibawah ini. Adapun
macam-macam pengujian aspal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Uji penetrasi
Spesifikasi : SK SNI 06-2456-1991
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan
angka penetrasi aspal yang akan menjadi acuan spesifikasi pada karaktristik
lainnya.
2.
Uji titik lembek
Spesifikasi : SNI 06-2434-1991
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat suhu dimana aspal mulai lembek akibat suhu udara
sehingga dalam perencanaan jalan bisa diperkirakan bahwa aspal yang digunakan
masih tahan dengan suhu di lokasi perencanaan jalan tersebut.
3.
Uji titik nyala dan titik bakar aspal
Spesifikasi : SNI 06-2433-1991
Titik
nyala diketahui untuk memperkirakan temperatur maksimum dalam pemanasan aspal
sehingga dalam praktik di lapangan,pemanasan aspal tidak boleh melebihi titik
nyala dan titik bakarnya. Dalam
percampuran aspal diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala karena bila
dipanaskan lebih dari titik nyala, aspal dapat menjadi keras dan getas jika
terbakar karena ikatan antar molekul aspal berkurangatau bahkan hilang sama
sekali.
4.
Uji daktilitas
Spesifikasi : SNI 06-2432-1991
Uji
daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktilitas aspal keras.Aspal
dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adhesi yang
kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktilitas yang
tinggi.
5.
Uji berat jenis aspal
Spesifikasi : SNI 06-2441-1991
Pada pengujian ini dihasilkan berat jenis aspal yang akan
digunakan dalam analisa campuran, yaitu pada formula berat
jenis maksimum campuran serta persentase rongga terisi aspal.
6.
Uji kelarutan aspal dengan
CCl4
Spesifikasi : AASHTO T-44-03
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian aspal.CCl4
digunakan sebagai pelarutnya.
7.
Pengujian kehilangan berat aspal
Spesifikasi
: SNI 06-2441-1991
Menentukan berat minyak dan
aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang dinyatakan dalam persen
berat semula.
8.
Pengujian viskositas aspal
Spesifikasi
: AASHTO T 201-03
Kekentalan
bitumen sangat bervariasi terhadap suhu, dari tingkat padat, encer sampai
cair.Hubungan antara kekentalan dan suhu adalah sangat penting dalam
perencanaan dan penggunaan materi bitumen.
Tabel 1.1 Ketentuan-Ketentuan
untuk Aspal Keras
2. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir
pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan
(Departemen Pekerjaan Umum – Direktorat Jendral Bina Marga, 1998).
Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk
butiran-butiran yang merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan
berbagai macam tipe mulai dari sebagai bahan material di semen untuk membentuk
beton, lapis pondasi jalan, material pengisi, dan lain-lain (Harold
N.Atkins.1997).
Sedangkan secara umum agregat
didefinisikan sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat (Silvia Sukirman,
2003).
Dari beberapa pendapat di atas, maka
dapat diartikan bahwa agregat sebagai kumpulan butiran batuan yang berukuran
tertentu yang diperoleh dari hasil alam langsung maupun dari pemecahan batu
besar ataupun agregat yang di sengaja dibuat untuk tujuan tertentu.
Gambar 1.2 Agregat |
Daya dukung perkerasan jalan ditentukan
sebagian beras oleh karakteristik agregat yang digunakan. Pemilihan agregat
yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan
dan pemeliharaan jalan. Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi
sampai 90-95% terhadap berat campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan
salah satu faktor penentu dari kinerja campuran tersebut. Untuk tujuan ini,
sifat agregat yang harus diperiksa antara lain:
a. Ukuran butir
Ukuran
agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang berukuran besar
sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang dipakai
semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut.
b.
Gradasi
Gradasi
agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus melalui
satu set saringan. Gradasi dibedakan menjadi gradasi seragam (uniform graded), gradasi rapat (dense graded), gradasi senjang (gap graded).
c.
Kebersihan agregat
Dalam
spesifikasi biasanya memasukan syarat kebersihan agregat, yaitu dengan
memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak diinginkan
(seperti tanaman, partikel lunak, lumpur dan lain sebagainya) berada dalam atau
melekat pada agregat. Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang jelek
pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara aspal dengan
agregat.
d.
Kekerasan
Semua
agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi selama
proses produksi dan operasionalnya di lapangan. Agregat yang akan digunakan
sebagai lapis permukaan perkerasan harus lebih keras (lebih tahan) dari pada
agregat yang digunakan untuk lapis bawahnya. Hal ini disebabkan karena lapisan
permukaan perkerasan akan menerima dan menahan tekanan dan benturan akibat
beban lalu lintas paling besar. Untuk itu, kekuatan agregat terhadap beban
merupakan suatu persyaratan yang mutlak harus dipenuhi oleh agregat yang akan
digunakan sebagai bahan jalan.
e.
Bentuk butir agregat
Bentuk
partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat (agregate interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan (displacement) agregat yang mungkin
terjadi. Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat yang
memiliki lebih dari satu bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat
yang paling baik. Dalam campuran beraspal, penggunaan agregat yang bersudut
saja atau bulat saja tidak akan menghasilkan campuran beraspal yang baik.
Kombinasi penggunaan kedua bentuk partikel agregat ini sangatlah dibutuhkan
untuk menjamin kekuatan pada struktur perkerasan dan workabilitas yang baik
dari campuran tersebut.
f.
Tekstur permukaan agregat
Permukaan
agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran beraspal karena
kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat tersebut dari pergeseran atau
perpindahan. Kekasaran permukaan agregat juga akan memberikan tahanan gesek
yang kuat pada roda kendaraan sehingga akan meningkatkan keamanan kendaraan
terhadap slip. Selain itu, film aspal lebih mudah merekat pada permukaan yang
kasar sehingga akan menghasilkan ikatan yang baik antara aspal dan agregat dan
pada akhirnya akan menghasilkan campuran beraspal yang kuat.
g.
Daya serap agregat
Jika
daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal baik
pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat dengan aspal di unit
pencampur aspal (AMP). Hal ini akan
menyebabkan aspal yang berada pada permukaan agregat yang berguna untuk
mengikat partikel agregat menjadi lebih sedikit sehingga akan menghasilkan film
aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik
agregat yang porus memerlukan aspal yang lebih banyak dibandingkan dengan yang
kurang porus.
h.
Kelekatan terhadap aspal
Kelekatan
agregat terhadap aspal adalah kecenderungan agregat untuk menerima, menyerap
dan menahan film aspal.
Agregat terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu agregat kasar, agregat halus dan filler.
1. Agregat Kasar ( tertahan #8)
Fungsi:
Memberikan
stabilitas campuran dari kondisi saling mengunci (interlocking) dari masing-masing agregat kasar dan dari tahanan
gesek terhadap suatu aksi perpindahan. Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan
tekstur permukaan agregat kasar (kubus dan kasar).
Karakteristik agregat kasar:
a)
Mempunyai kekuatan atau kekerasan (Crushing Strenght).
b)
Mempunyai bentuk yang relatif kotak
/ kubus.
c)
Mempunyai bidang permukaan yang relatif
kasar.
Agregat
yang digunakan dalam pembuatan aspal beton adalah batu pecah atau kerikil dalam
keadaan kering dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Keausan
agregat yang diperiksa dengan mesin Los
Angeles pada 500 putaran harus mempunyai nilai maksimum 40 %.
b) Kelekatan
terhadap aspal harus lebih besar dari 95 %.
c) Indeks
kepipihan agregat maksimum 25 %.
d) Peresapan
agregat terhadap air maksimum 3 %.
e) Berat
jenis semu agregat minimum 2,50.
f) Gumpalan
lempung agregat maksimum 0,25 %.
g) Bagian-bagian
batu yang lunak dari agregat harus kurang dari 5%.
2.
Agregat halus ( lolos #8 dan tertahan #200 )
Fungsi:
Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh
sifat saling mengunci dari agregat kasar dan juga untuk mengurangi rongga udara
agregat kasar. Selain itu dengan semakin kasarnya tekstur permukaan agregat
halus maka dapat menambah kekasaran permukaan. Agregat halus #30 s/d #200
penting untuk menaikkan kadar aspal
sehingga akan lebih awet.
Karakteristik
agregat halus:
a)
Mempunyai kekuatan atau kekerasan (Crushing Strenght).
b)
Mempunyai bentuk yang relatif kotak
/ kubus.
c)
Mempunyai bidang permukaan yang relatif
kasar.
Agregat
halus harus terdiri dari bahan-bahan berbidang kasar, bersudut tajam, dan
bersih dari kotoran-kotoran.Agregat halus terdiri dari pasir, bahan-bahan halus
hasil pemecahan batu atau kombinasi bahan-bahan tersebut dalam keadaan kering
yang memenuhi syarat:
a) Nilai
sand equivalent dari agregat minimum
50.
b) Berat
jenis semu minimum 2,50.
c) Dari
pemeriksaan Atterberg, agregat harus non plastis.
d) Peresapan
agregat terhadap air maksimum 3 %.
2.
Filler ( lolos #200 )
Filler merupakan salah satu bahan pengisi rongga campuran aspal, sebagai
bahan pengisi rongga udara pada material sehingga dapat memperkaku lapisan
aspal. Filler yang biasa digunakan
untuk beton aspal AC-WC yaitu abu batu dan semen portland.
Adapun karakteristik filler,
antara lain:
a)
Mengisi ruang kosong
b)
Membuat mix stiff / stable
Dalam
perencanaan ini filler yang digunakan
adalah semen portland.
Menurut
Krebs, R.D. and Walker, R.D., (1971) definisi dari semen yang dalam hal
kegunaan dari spesifikasi ini semen portland, adalah produk yang didapatkan
dengan membubukkan kerak besi yang terdiri dari material pokok, yaitu kalsium
silikat hidrolik. Tipe semen portland yang digunakan adalah semen portland tipe
I yang sangat umum digunakan dalam berbagai perencanaan sesuai Tabel di bawah
ini. Bahan semen yang digunakan harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki
dan tidak menggumpal.
3.
Bahan Tambah (Wetfix-Be)
Wetfix-Be adalah bahan kimia anti
stripting yang disarankan dosis pemakaian yaitu 0,3% terhadap kadar aspal terutama
pada musim hujan. Zat aditif kelekatan dan anti pengelupasan dapat ditambahkan
ke dalam aspal dan prosentase aditif yang diperlukan serta waktu pencampurannya
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
Gambar 1.3 Bahan Aditif |
Keuntungan lain menggunakan zat
aditif wetfix-be pada perkerasan jalan yaitu:
a.
Sebagai modifier aspal untuk
meningkatkan ikatan agregat dan aspal.
b.
Dapat digunakan untuk
mencapai macam jenis agregat.
c.
Pemeliharaan rutin menjadi
berkurang.
d.
Dapat memperpanjang umur
jalan 3-4 tahun.
e.
Jalan selalu baik terpelihara
dan nyaman.
Tabel 1.2 Spesifikasi yang dimiliki oleh Wetfix-Be (Akzo Nobel, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar